Penyebab Timing Belt Putus - Timing belt merupakan komponen penting yang ada di mesin mobil. Timing belt berfungsi untuk menyeiramakan putaran crankshaft dengan waktu terbuka dan tertutupnya valve intake dan exhaust. Dalam penggunaannya, timing belt mempunyai umur dan usia pakai. Ia wajib diganti kalau telah memasuki waktu jarak tempuh penggunaan.
Ya, timing belt yang putus akan membuat mesin mengalami kerusakan parah, bahkan anda perlu untuk menginapkan kendaraan beroda empat di bengkel untuk waktu yang tidak sebentar ditambah ongkos perbaikan yang cukup mahal.
Oleh sebab itu, ada baiknya bagi kita untuk mengantisipasi sedini mungkin agar timing belt di kendaraan beroda empat tidak putus. Berikut ini merupakan beberapa penyebab timing belt putus yang kerap terjadi...
Penyebab timing belt putus yang pertama merupakan akhir penggunaannya yang melampaui batas beban kerja mesin. Ya, mesin kendaraan beroda empat juga mempunyai beban kerja mesin yang mesti dijaga agar mesin tetap awet. Ketika penggunaan mesin melampaui beban kerja, maka mesin akan cepat rusak, salah satu contohnya merupakan timing belt putus.
Berikut beberapa penggunaan mesin yang kerap melampaui beban kerja dan juga sering terjadi
Kedua hal diatas, merupakan rujukan penggunaan kendaraan beroda empat yang melampaui batas beban kerja mesin. Apalagi, mengingat suhu dan temperatur iklim di Indonesia yang tergolong panas, memicu daya tahan timing belt di mesin menjadi berkurang.
Penggunan timing belt yang melampaui batas beban kerja mesin menyerupai diatas tentunya, akan menghasilkan timing belt menjadi cepat getas (akibat panas) yang efeknya akan menghasilkan timing belt menjadi retak-retak, longgar, hingga putus.
Selain melampaui batas beban kerja mesin, penyebab timing belt putus yang selanjutnya dan sering terjadi merupakan akhir melampaui jarak tempuh dan deadline penggantian timing belt yang telah diusulkan di buku bimbingan pemilik (owner's manual book).
Secara umum, pihak pabrikan kerap mengusulkan penggantian timing belt di tiap 100.000 km (untuk keamanan, tetapkan kembali kilometer yang diusulkan untuk kendaraan beroda empat anda pada buku manual pemilik kendaraan).
Jika dalam penggunaannya timing belt dipaksa dan dipakai melampaui 100.000 km atau melampaui jarak yang diusulkan pada buku manual pemilik kendaraan, maka kemungkinan timing belt putus sangatlah besar.
Ada baiknya untuk memeriksakan keadaan timing belt setiap 20.000 km sekali. Jika terlihat gejala timing belt mulai retak-retak, keras, getas atau bahkan mulai rusak, maka anda sanggup secepatnya mengubahnya sebelum terjadi kerusakan yang lebih parah akhir timing belt putus.
Penyebab timing belt putus selanjutnya merupakan akhir adanya kesalahan di saat pemasangan timing belt. Pemasangan timing belt haruslah sungguh-sungguh sempurna dan cuma sanggup dijalankan oleh orang-orang yang telah berpengalaman dan kompeten.
Berikut beberapa kesalahan pemasangan yang pernah ombro pahami dan membuat putus timing belt:
Kesalahan di saat pemasangan timing belt menyerupai yang ombro sampaikan diatas sanggup membuat timing belt putus. Oleh sebab itu, senantiasa laksanakan penggantian timing belt secara satu set dan gantilah di bengkel resmi atau pada bengkel lazim yang memang telah diandalkan keahliannya.
Baca juga :
Penyebab timing belt putus selanjutnya merupakan akhir timing belt terpapar oli. Penyebab timing belt terpapar oli ini biasanya akhir seal oli yang ada dibagian front engine (dekat timing belt) mengalami kebocoran oli. Padahal, timing belt merupakan salah satu komponen mesin yang dilarang terpapar oleh oli.
Ya, hal ini dikarenakan timing belt dibentuk dari materi dasar karet yang telah diperkuat oleh lapisan benang di dalamnya. Jika karet timing belt ini terpapar oli, maka lambat laun karet timing belt akan menjadi getas dan mudah putus. Oleh sebab itu, kalau timing belt di mesin telah terpapar oleh oli mesin semestinya laksanakan secepatnya perbaikan kebocoran oli dan laksanakan penggantian timing belt dengan yang baru.
Hal terakhir yang sanggup menjadi penyebab timing belt putus merupakan penggunaan timing belt palsu. Ya, nyaris seluruh komponen kendaraan yang berdaya jual tinggi kerap dipalsukan. Salah satunya merupakan timing belt.
Secara sepintas, memang cukup sukar membedakan antara timing belt imitasi dengan timing belt yang orisinil (genuine part). Namun begitu, mutu barang tentu tidak sanggup dibohongi, tergolong daya tahan selama digunakan.
Timing belt imitasi mempunyai mutu materi yang jauh lebih rendah dibanding timing belt orisinil sehingga dalam penggunaannya timing belt imitasi lebih singkat putus, padahal jarak tempuh penggunaan timing belt masih sedikit.
Oleh sebab itu, senantiasa beli timing belt dari bengkel resmi yang terpercaya agar terhindar dari penggunaan timing belt imitasi yang sanggup memicu putus dan memunculkan banyak kerugian. Sumber https://bacabrosur.blogspot.com/
Umumnya, timing belt diganti pada waktu yang cukup usang mulai dari 4 tahun hingga 6 tahun sekali sehingga tak jarang banyak orang yang lupa akan jadwal penggantian timing belt. Melupakan jadwal penggantian timing belt sanggup berakibat fatal sebab timing belt akan putus dan memicu kerusakan parah di mesin.
Ya, timing belt yang putus akan membuat mesin mengalami kerusakan parah, bahkan anda perlu untuk menginapkan kendaraan beroda empat di bengkel untuk waktu yang tidak sebentar ditambah ongkos perbaikan yang cukup mahal.
Oleh sebab itu, ada baiknya bagi kita untuk mengantisipasi sedini mungkin agar timing belt di kendaraan beroda empat tidak putus. Berikut ini merupakan beberapa penyebab timing belt putus yang kerap terjadi...
1. Melebihi batas beban kerja mesin
Penyebab timing belt putus yang pertama merupakan akhir penggunaannya yang melampaui batas beban kerja mesin. Ya, mesin kendaraan beroda empat juga mempunyai beban kerja mesin yang mesti dijaga agar mesin tetap awet. Ketika penggunaan mesin melampaui beban kerja, maka mesin akan cepat rusak, salah satu contohnya merupakan timing belt putus.
Berikut beberapa penggunaan mesin yang kerap melampaui beban kerja dan juga sering terjadi
- Mobil dipakai untuk memuat beban berat di area kerja off road dan dipakai terus menerus tanpa henti.
- Mesin digeber di putaran rpm yang tinggi (mendekati batas merah pada rpm atau melampauinya) secara terus menerus.
Kedua hal diatas, merupakan rujukan penggunaan kendaraan beroda empat yang melampaui batas beban kerja mesin. Apalagi, mengingat suhu dan temperatur iklim di Indonesia yang tergolong panas, memicu daya tahan timing belt di mesin menjadi berkurang.
Penggunan timing belt yang melampaui batas beban kerja mesin menyerupai diatas tentunya, akan menghasilkan timing belt menjadi cepat getas (akibat panas) yang efeknya akan menghasilkan timing belt menjadi retak-retak, longgar, hingga putus.
2. Melebihi jarak tempuh dan deadline penggantian timing belt
Selain melampaui batas beban kerja mesin, penyebab timing belt putus yang selanjutnya dan sering terjadi merupakan akhir melampaui jarak tempuh dan deadline penggantian timing belt yang telah diusulkan di buku bimbingan pemilik (owner's manual book).
Secara umum, pihak pabrikan kerap mengusulkan penggantian timing belt di tiap 100.000 km (untuk keamanan, tetapkan kembali kilometer yang diusulkan untuk kendaraan beroda empat anda pada buku manual pemilik kendaraan).
Jika dalam penggunaannya timing belt dipaksa dan dipakai melampaui 100.000 km atau melampaui jarak yang diusulkan pada buku manual pemilik kendaraan, maka kemungkinan timing belt putus sangatlah besar.
Ada baiknya untuk memeriksakan keadaan timing belt setiap 20.000 km sekali. Jika terlihat gejala timing belt mulai retak-retak, keras, getas atau bahkan mulai rusak, maka anda sanggup secepatnya mengubahnya sebelum terjadi kerusakan yang lebih parah akhir timing belt putus.
3. Kesalahan di saat pemasangan
Penyebab timing belt putus selanjutnya merupakan akhir adanya kesalahan di saat pemasangan timing belt. Pemasangan timing belt haruslah sungguh-sungguh sempurna dan cuma sanggup dijalankan oleh orang-orang yang telah berpengalaman dan kompeten.
Berikut beberapa kesalahan pemasangan yang pernah ombro pahami dan membuat putus timing belt:
- Timing belt dipasang terlalu kencang atau terlalu kendor sehingga tidak mempunyai pengaruh menahan beban putaran mesin
- Flange timing gear bersahabat timing belt bengkok sehingga menggerus sebagian timing belt dan menghasilkan timing belt putus.
- Timing belt tidak diganti satu set sehingga beberapa komponen yang lain yang sering tidak diganti (seperti bearing pulley dan auto tensioner) tiba-tiba rusak di lain waktu, sehingga membuat timing belt putus.
Kesalahan di saat pemasangan timing belt menyerupai yang ombro sampaikan diatas sanggup membuat timing belt putus. Oleh sebab itu, senantiasa laksanakan penggantian timing belt secara satu set dan gantilah di bengkel resmi atau pada bengkel lazim yang memang telah diandalkan keahliannya.
Baca juga :
- Kerusakan akhir timing belt putus pada mesin mobil
- Contoh dan akhir pemasangan timing belt tidak tepat
- Ciri-ciri timing belt mesti diganti
4. Terpapar oli
Penyebab timing belt putus selanjutnya merupakan akhir timing belt terpapar oli. Penyebab timing belt terpapar oli ini biasanya akhir seal oli yang ada dibagian front engine (dekat timing belt) mengalami kebocoran oli. Padahal, timing belt merupakan salah satu komponen mesin yang dilarang terpapar oleh oli.
Ya, hal ini dikarenakan timing belt dibentuk dari materi dasar karet yang telah diperkuat oleh lapisan benang di dalamnya. Jika karet timing belt ini terpapar oli, maka lambat laun karet timing belt akan menjadi getas dan mudah putus. Oleh sebab itu, kalau timing belt di mesin telah terpapar oleh oli mesin semestinya laksanakan secepatnya perbaikan kebocoran oli dan laksanakan penggantian timing belt dengan yang baru.
5. Menggunakan timing belt palsu
Hal terakhir yang sanggup menjadi penyebab timing belt putus merupakan penggunaan timing belt palsu. Ya, nyaris seluruh komponen kendaraan yang berdaya jual tinggi kerap dipalsukan. Salah satunya merupakan timing belt.
Secara sepintas, memang cukup sukar membedakan antara timing belt imitasi dengan timing belt yang orisinil (genuine part). Namun begitu, mutu barang tentu tidak sanggup dibohongi, tergolong daya tahan selama digunakan.
Timing belt imitasi mempunyai mutu materi yang jauh lebih rendah dibanding timing belt orisinil sehingga dalam penggunaannya timing belt imitasi lebih singkat putus, padahal jarak tempuh penggunaan timing belt masih sedikit.
Oleh sebab itu, senantiasa beli timing belt dari bengkel resmi yang terpercaya agar terhindar dari penggunaan timing belt imitasi yang sanggup memicu putus dan memunculkan banyak kerugian. Sumber https://bacabrosur.blogspot.com/
EmoticonEmoticon